Wednesday, October 29, 2014

 

Pendakwah Islam mendustai agama Buddha - "Buddha tidak mengatakan kelahiran semula di mana"


blog :  http://kurauking.blogspot.com/2014/07/reincarnation-atau-kelahiran-semula.html

Adakah benar Buddha TIDAK mengatakan kelahiran semula berlaku di mana?

 Adakah kelahiran semula ke dunia kenyataan "ulamak-ulamak Buddhist sahaja?"


mari kita perhatikan petikan dari CULAKAMMAVIBHANGA - SUTTA :

.

.

.

5. "Subha, dalam hal ini, ada wanita atau pria sebagai pembunuh makhluk hidup, pembantai, tangan selalu berlumuran dengan darah, pemukul dan kejam, tak berbelas-kasihan kepada semua makhluk. Karena telah melakukan dan melaksa¬nakan kamma seperti itu, setelah ia meninggal dunia, ia terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan, di alam penuh penderitaan dan sengsara di neraka. Bilamana setelah ia meninggal dunia ia tidak terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan, di alam penuh penderitaan dan sengsara di neraka; namun ia terlahir kembali di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir, ia akan beru¬sia pendek. Inilah jalan yang mengarah pada usia pendek, yaitu menjadi pembu¬nuh makhluk hidup, pembantai, tangan selalu berlumuran dengan darah, pemukul dan kejam, tak berbelas-kasihan kepada semua makhluk.

6. Tetapi, dalam hal ini, ada wanita atau pria meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, menghindar pembunuhan makhluk hidup, meletakkan pemukul dan pisau, penuh pertimbangan dan cinta kasih serta kasih sayang terhadap kese-jahteraan semua makhluk. Karena telah melakukan dan melaksanakan kamma seperti itu, setelah ia meninggal dunia, ia terlahir kembali dalam keadaan bahagia, di alam kebahagiaan, di surga. Bilamana setelah ia meninggal dunia ia tidak terlahir kembali dalam keadaan yang bahagia, di alam kebahagiaan di surga; tetapi jika ia terlahir kembali di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir, ia akan berusia panjang. Inilah jalan yang mengarah pada usia panjang, yaitu meninggalkan pembunuhan makhluk hidup, menghindari pembunuhan makhluk hidup, meletakkan pemukul dan pisau, penuh pertimbangan dan cinta kasih serta kasih sayang terhadap kesejahteraan semua makhluk.

7. Subbha, dalam hal ini, ada wanita atau pria yang menghakimi makh¬luk lain dengan tangannya, pemukul, tongkat atau dengan pisau. Karena telah melakukan dan melaksanakan kamma seperti itu, setelah ia meninggal dunia, ia terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan ... di neraka; tetapi jika ia terlahir kembali di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir, ia akan menderita sakit. Inilah jalan yang mengarah pada menderita sakit, yaitu menghakimi makh¬luk lain dengan tangannya, pemukul, tongkat atau dengan pisau.

8. Tetapi, dalam hal ini, ada wanita atau pria yang tidak menghakimi makh¬luk lain dengan tangannya, pemukul, tongkat atau dengan pisau. Karena telah melakukan dan melaksanakan kamma seperti itu, setelah ia meninggal dunia, ia terlahir kembali dalam keadaan bahagia, di alam bahagia, di surga. Bilamana setelah ia meninggal dunia, ia tidak terlahir kembali dalam keadaan bahagia ... di surga; tetapi ia terlahir kembali di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir, ia akan hidup sehat. Inilah jalan yang mengarah pada keseha¬tan, yaitu tidak menghakimi makhluk lain dengan tangannya, pemukul, tongkat atau dengan pisau.

9. Subbha, dalam hal ini, ada wanita atau pria yang pemarah, diliputi kegusaran; walaupun masalah kecil saja ia menjadi geram, marah, kesal, gusar, jengkel, benci dan bengis. Karena telah melakukan dan melaksanakan kamma seperti itu, setelah ia meninggal dunia, ia terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan ... di neraka. Bilamana setelah meninggal dunia ia tidak terlahir kembali dalam keadaan yang menyedihkan ... di neraka; tetapi ia terlahir kembali di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir, ia akan berwa¬jah buruk. Inilah jalan yang mengarah pada keburukan, yaitu pemarah, diliputi geram, marah, kesal, gusar, jengkel, benci dan bengis.

10. Tetapi, dalam hal ini ada wanita atau pria yang tidak pemarah, tidak diliputi kegusaran; walaupun ada masalah besar ia tidak menjadi geram, marah, kesal, gusar, jengkel, benci atau bengis. Karena telah melakukan dan melaksa¬nakan kamma seperti itu, setelah ia meninggal dunia, ia terlahir kembali dalam keadaan bahagia ... di surga. Bilamana setelah meninggal dunia ia tidak terlahir kembali dalam keadaan menyenangkan ... di surga; tetapi ia terlahir kembali di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir, ia akan berwajah rupawan. Inilah jalan yang mengarah pada kerupawanan, yaitu tidak geram, marah, kesal, gusar, jengkel, benci atau bengis.

11. Subbha, dalam hal ini, ada wanita atau pria yang iri; ia iri, cemburu atau merasa iri atas keberuntungan, kehormatan, sanjungan, pujaan, pujian, persembahan orang lain. Karena telah melakukan dan melaksanakan kamma seperti itu, setelah ia meninggal dunia, ia terlahir kembali dalam keadaan menyedihkan ... di neraka. Bilamana setelah meninggal dunia ia tidak terlahir kembali dalam keadaan menyedihkan ... di neraka; tetapi ia terlahir kembali di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir, ia akan menjadi orang tak penting. Inilah jalan yang mengarah pada menjadi orang tak penting, yaitu iri, cemburu atas keberuntungan, kehormatan, sanjungan, pujaan, pujian dan persembahan orang lain.

12. Tetapi dalam hal ini, ada wanita atau pria yang tidak iri; ia tidak iri, tidak cemburu atau tidak merasa iri atas keberuntungan, kehormatan ... dalam keadaan bahagia ... di surga. Bilamana setelah meninggal dunia ... ia terlahir kembali di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ia akan menjadi orang yang berpengaruh. Inilah jalan yang mengarah pada menjadi orang penting, yaitu tidak iri, tidak cemburu atas keberuntungan, ... pujian dan persembahan orang lain.

13. Subha, dalam hal ini, ada wanita atau pria yang tidak memberikan makanan, minuman, pakaian, alas kaki, bunga- bungaan, wewangian, obat, tempat tidur, atap dan lampu kepada para samana atau brahmana. Karena telah melakukan ... dalam keadaan menyedihkan ... di neraka. Bilamana setelah meninggal dunia ... ia terlahir kembali di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ia akan menjadi orang miskin.' Inilah jalan mengarah untuk menjadi orang miskin, yaitu tidak memberikan makanan, minuman, pakaian, alas kaki, bunga-bungaan, wewangian, obat, ... kepada para petapa atau bhikkhu.

14. Tetapi, dalam hal ini, ada wanita atau pria yang memberikan makanan, minuman ... kepada para samana atau brahmana. Karena telah melakukan ... dalam keadaan bahagia ... di surga. Bilamana setelah meninggal dunia ... ia terlahir di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ia akan menjadi orang kaya. Inilah jalan yang mengarah untuk menjadi orang kaya, yaitu memberikan makanan, minuman ... kepada para petapa dan bhikkhu.

15. Subha dalam hal ini, ada wanita atau pria yang keras kepala dan bandel, ia tidak menghormati orang yang patut dihormati, atau tidak berdiri bilamana ia harus berdiri, atau tidak memberikan tempat duduk kepada orang yang pantas untuk duduk, atau tidak memberikan jalan kepada orang yang pantas diberikan jalan, atau tidak memuja kepada yang patut dipuja, tidak memberi salam kepada yang patut diberi salam, tidak menghargai kepada yang patut dihargai. Karena telah melakukan ... dalam keadaan menyedihkan ... di neraka. Bilamana setelah meninggal dunia ... ia terlahir kembali di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir ia akan menjadi orang yang bermartabat rendah. Inilah jalan yang mengarah untuk menjadi orang bermartabat rendah, yaitu keras kepala, bandel, tidak menghormati orang yang patut dihormati atau tidak berdiri ... tidak menghargai kepada yang patut dihargai.

16. Tetapi, dalam hal ini, ada wanita atau pria yang tidak keras kepala dan tidak bandel, ia menghormati orang yang patut dihormati, atau berdiri ... Karena telah melakukan ... dalam keadaan yang bahagia ... di surga. Bilamana setelah meninggal dunia ... ia terlahir kembali di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir, ia akan menjadi orang yang bermartabat tinggi. Inilah jalan yang mengarah untuk menjadi orang bermartabat tinggi, yaitu tidak keras kepa¬la, tidak bandel, menghormati orang yang patut dihormati, ... menghargai kepada yang patut dihargai.

17. Subbha, dalam hal ini, ada wanita atau pria yang ketika mengunjungi para samana atau brahmana tidak bertanya: Apakah yang bermanfaat, bhante? Apakah yang tidak bermanfaat? Apakah perbuatan yang dicerca? Apakah perbuatan yang tidak dicerca? Apakah yang perlu dikembangkan? Apakah yang tak perlu dikembangkan? Apakah perbuatan yang menyebabkan penderitaan dan hal yang membahayakan? Apakah perbuatan yang mensejahterakan dan membahagiakan? Karena telah melakukan ... dalam keadaan menyedihkan ... di neraka. Bilamana setelah meninggal dunia ... ia terlahir kembali di alam manusia, maka di mana pun ia terlahir, ia akan menjadi orang bodoh. Inilah jalan yang mengarah untuk menja¬di orang bodoh, yaitu ketika mengunjungi para samana dan brahmana ia tidak bertanya; Apakah yang bermanfaat ... Apakah perbuatan yang mensejahterakan dan membahagiakan?

18. Tetapi, dalam hal ini, ada wanita atau pria yang ketika mengunjungi para samana atau brahmana bertanya: Apakah yang bermanfaat, bhante? ... karena telah melakukan ... dalam keadaan yang bahagia ... di surga. Bilamana setelah ia meninggal dunia ... ia terlahir di alam manusia, maka di mana pun ia terla¬hir ia akan menjadi orang bijaksana. Inilah jalan yang mengarah untuk menjadi orang bijaksana, yaitu: ketika mengunjungi para samana atau brahmana ia berta¬nya: Apakah yang bermanfaat ... Apakah perbuatan yang mensejahterakan dan membahagiakan?

19. Subha, demikianlah, cara yang menyebabkan usia pendek mengakibatkan orang berusia pendek, cara yang menyebabkan usia panjang mengakibatkan orang berusia panjang, cara yang menyebabkan kesakitan mengakibatkan orang menjadi sakit, cara ... sehat ... menjadi sehat, cara ... wajah buruk ... menjadi wajah buruk, cara ... rupawan ... berwajah rupawan, cara ... berpengaruh ... menjadi berpengaruh, cara ... miskin ... menjadi miskin, cara ... kaya ... menjadi kaya, ... bodoh menjadi bodoh, bijaksana ... menjadi bijaksana.

20. Makhluk-makhluk adalah pemilik karmanya, pewaris karmanya, lahir dari karmanya, karma adalah keluarga mereka yang terdekat, dan kamma adalah pelindung mereka. Kamma itulah yang menyebabkan terjadi tinggi rendahnya martabat seseorang."


===============================================================



mari kita perhatikan pula kandungan PANSU SUTTA :

Kemudian Bhagavan mengambil sedikit debu dengan ujung jarinya, berkata kepada para bhikkhu, “Para bhikkhu, bagaimanakah pendapat kalian? Manakah yang lebih banyak: sedikit debu yang saya ambil dengan ujung jari saya atau debu yang ada di bumi ini?”

“Debu yang ada di bumi adalah jauh lebih banyak, Bhagavan. Sedikit debu yang Bhagavan ambil dengan ujung jari hampir tidak ada apa-apanya. Bahkan tidak masuk hitungan. Tak dapat dibandingkan. Sedikit debu yang Bhagavan ambil dengan ujung jari, bahkan bukan sepersekian bagian dibandingkan dengan debu yang ada bumi ini.

“Sama halnya, para bhikkhu, hanya sedikit manusia yang setelah meninggal, terlahir kembali sebagai manusia. Manusia yang setelah meninggal, terlahir di alam neraka adalah jauh lebih banyak.

“Oleh karena itu, tugas kalian adalah mengontemplasikan, ‘Ini dukkha … Ini sumber dukkha … Ini berhentinya dukkha.’ Tugas kalian adalah mengontemplasikan, ‘Ini jalan untuk mengakhiri dukkha.’”

Kemudian Bhagavan mengambil sedikit debu dengan ujung jarinya, berkata kepada para bhikkhu, “Para bhikkhu, bagaimanakah pendapat kalian? Manakah yang lebih banyak: sedikit debu yang saya ambil dengan ujung jari saya atau debu yang ada di bumi ini?”

“Debu yang ada di bumi adalah jauh lebih banyak, Bhagavan. Sedikit debu yang Bhagavan ambil dengan ujung jari hampir tidak ada apa-apanya. Bahkan tidak masuk hitungan. Tak dapat dibandingkan. Sedikit debu yang Bhagavan ambil dengan ujung jari, bahkan bukan sepersekian bagian dibandingkan dengan debu yang ada di bumi ini.

“Sama halnya, para bhikkhu, hanya sedikit manusia yang setelah meninggal, terlahir kembali sebagai manusia. Manusia yang setelah meninggal terlahir di alam hewan … di alam preta adalah jauh lebih banyak.
... “Demikian halnya, para bhikkhu, hanya sedikit manusia yang setelah meninggal, terlahir kembali sebagai dewa. Manusia yang setelah meninggal, terlahir di alam neraka … alam hewan … alam preta adalah jauh lebih banyak.

... “Demikian juga, para bhikkhu, hanya sedikit dewa yang setelah meninggal, terlahir kembali sebagai dewa. Dewa yang setelah meninggal, terlahir di alam neraka … alam hewan … alam preta adalah jauh lebih banyak.

... “Begitu pula, para bhikkhu, hanya sedikit dewa yang setelah meninggal, terlahir kembali sebagai manusia. Dewa yang setelah meninggal, terlahir di alam neraka … alam hewan … alam preta adalah jauh lebih banyak.

“Oleh karena itu, tugas kalian adalah mengontemplasikan, ‘Ini dukkha … Ini sumber dukkha … Ini berhentinya dukkha.’ Tugas kalian adalah mengontemplasikan, ‘Ini jalan untuk mengakhiri dukkha.’”


Adakah benar Buddha TIDAK mengatakan kelahiran semula berlaku di mana?

 Adakah kelahiran semula ke dunia kenyataan "ulamak-ulamak Buddhist sahaja?"

Dah dapat jawapannya, maka saya teramat mengasihani blogger tersebut kerana hingga kini, beliau dengan angkuhnya tidak mahu mengakui kesilapan faktanya. Pendusta para Buddha akan terima balasan yang setimpal.

This page is powered by Blogger. Isn't yours?